Oleh: Harnieti (Kepala UPTD SMPN 1 Kecamatan Luak)
Istilah merdeka belajar saat ini tidak asing lagi bagi kita. Terutama pada kalangan dunia pendidikan.
Namun sebaiknya kita dapat memahami makna dan maksud dari istilah tersebut. Merdeka belajar bukan berarti murid diberi kebebasan belajar semaunya, tanpa adanya kontrol dari guru.
Akan tetapi bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mampu berpihak pada murid. Istilah Merdeka belajar lebih dikenal dalam kurikulum sekolah penggerak.
Saat ini sekitar 2.500 sekolah sesuai telah SK Mendikbudristek nomor 162 Tahun 2021 sebagai pelaksana kurikulum sekolah penggerak.
Baca : Shin Tae-yong Yakin Kalahkan Thailand
Konsep merdeka belajar dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Konsep merrdeka belajar merupakan gagasan Ki Hajar Dewantara. Yaitu, gagasan yang membebaskan guru dan murid menentukan sistem pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan murid, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. (Wikipedia, 2021).
Merdeka belajar dalam arti bahwa sekolah, guru dan murid mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan bertindak dalam proses belajar mengajar. Artinya guru tidak bersifat monoton dan memiliki kebebasan melakukan berbagai variasi dalam pembelajaran.
Selain itu penggunaan media pembelajaran yang sesuai dan menarik juga menjadi hal perlu menjadi perhatian bagi guru.
Penggunaan teknologi digital juga menjadi hal yang esensial dalam pelaksanaan merrdeka belajar.
Tuntutan zaman saat ini menjadi pemicu pentingnya murid mahir dalam menggunakan tekonologi digital. Era digital yang dikenal dengan revolusi 4.0 saat ini, dimana teknologi telah merambah berbagai sendi kehidupan manusia.
Untuk itu murid harus diantarkan agar selaras dengan perkembangan zaman. Mereka tidak boleh tertinggal dari perkembangan dan kemajuan zaman yang terjadi dengan pesat.
Guru harus mampu membangun suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai strategi untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dan kondusif.
Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila di dalamnya terdapat suasana rileks, bebas, dari tekanan, aman, menarik, dan bangkitnya minat belajar murid. Serta adanya keterlibatan penuh, perhatian, serta semangat dan kosentrasi tinggi saat belajar. (Darmansyah, 2010).
Dalam merrdeka belajar, pelaksanaan pembelajaran tidak selalu harus berada di ruangan kelas. Sesekali guru dapat mengajak murid untuk belajar di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan terasa berbeda dan menyenangkan.
Guru dan murid dapat berdiskusi dengan nuansa outing class. Sehingga peran murid lebih ditonjolkan dalam pembelajaran. Mereka dapat lebih santai dalam mengemukankan pendapat dan keaktifan saat pembelajaran berlangsung.
Murid tidak hanya sekadar mendengarkan penjelasan guru. Sehingga akan terlatihlah keterampilan mereka dalam mengemukan pendapat, membentuk karakter bertanggungjawab, berani, mandiri, serta kemampuan mengasah kompetensi dan sebagainya.
Dalam konsep merrdeka belajar ada beberapa tahapan yang harus dilalui antara lain. Pertama, Mulai dari diri sendiri. Dalam pelaksanaannya, murid harus paham tentang kekuatan diri yang dimilikinya. Sehingga mereka dapat mengandalkan kekuatan tersebut dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya.
Termasuk dalam mengikuti proses belajar mengajar. Guru harus mampu menggali potensi yang dimiliki setiap murid. Tahapan ini dapat dilakukan dengan mengajak murid merefleksi diri melalui angket atau sejenisnya.
Selain itu juga dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan konsep yang akan dipelajari untuk menggali pemahaman murid.
Kedua, Eksplorasi konsep.
Pada tahap ini murid diajak untuk dapat memahami konsep-konsep materi yang dibahas. Teknik pelaksanaannya dapat melalui penggunaan media yang siapkan guru. Ataupun dengan mengajak mereka membaca dan kemudian berdiskusi tentang konsep-konsep yang telah dipelajarinya.
Guru harus mampu memfasilitasi murid dalam mengkonstruk pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang dipelajari. Dalam arti kata mereka tidak hanya sekadar mendengar penjelasan guru. Tetapi juga memiliki kesempatan untuk berpendapat dan mengemukakan pendapat.
Guru juga dapat mengajak murid untuk melacak berbagai sumber yang relevan untuk memperkaya pemahaman mereka.
Ketiga, Ruang kolaborasi. Tahap ini murid diajak berdiskusi. Berkelompok dalam memecahkan permasalahan yang dibahas. Melalui kegiatan ini diharapkan mampu membentuk dan menumbuhkan sikap profil Pelajar Pancasila seperti gotong-royong, kritis, kreatif dan inovatif serta sikap mental baik lainnya.
Keempat, Reflekfi terbimbing. Pada tahapan ini guru dapat memberikan penguatan dan meluruskan pemahaman murid. Tujuannya adalah agar murid tidak salah dalam membangun konsep materi yang dipelajari. Untuk perlu adanya konfirmasi dari guru.
Kelima, Demonstrasi kontekstual. Melalui kegiatan ini murid dapat diberikan kebebasan dalam mengemukan pendapat melalui kegiatan menyajikan hasil diskusi kelompok. Tujuannya adalah membentuk rasa percaya diri, serta keberanian untuk berpendapat. Selain penguasaan materi, mereka juga akan terlatih dalam berkomunikasi yang baik.
Keenam, Elaborasi pemahaman. Melalui sharing pendapat maka murid diajak dalam membuat dan membentuk pemahaman sendiri, berdasarkan hal-hal yang telah dipelajari. Murid diajak mampu membuat simpulan dan berbagi pengalaman.
Ketujuh, Koneksi antar materi. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan penugasan yang diberikan guru. Ataupun menggunakan media yang telah disiapkan guru, sehingga kreativitas dan inovasi murid dapat diasah. Mereka bebas menggambarkan dan mendeskripsikan pemahamannya melalui berbagai cara. Asalkan tidak lari dari konsep yang telah dipelajari.
Murid juga dapat diajak mengaitkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Selain itu meminta mereka membuat peta konsep berdasarkan materi yang telah dipelajari juga menjadi satu hal yang menarik.
Kedelapan, Aksi nyata. Melalui kegiatan ini murid bebas menggambarkan rencana tindakan yang akan mereka lakukan, sesuai dengan konsep-konsep yang telah dipelajari. Menentukan rencana ke depan sesuai dengan tantangan yang ada.
Selain hal yang telah dijelaskan di atas. Pelaksanaan merrdeka belajar juga dapat menerapkan beberapa prinsip lainnya. Guru dan murid dapat membuat kesepakatan bersama, atau kontrak belajar yang harus disepakati. Tujuannya agar pembelajaran dapat terarah sesuai kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Apabila tahapan merdeka belajar ini dapat terlaksana dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan akan menyenangkan dan tidak membosankan bagi murid. Tentu saja dituntut kreativitas guru dalam merencakan, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Murid yang kreatif akan lahir dari guru yang kreatif.
Apabila guru menerpakan konsep merdeka belajar, maka murid akan merdeka dalam mengekspresikan diri dalam belajar sesuai gaya belajar yang dimilikinya. Semoga
Video Pilihan :