Oleh : Dalvi (Guru PAI SDIT JUARA & Pimpinan Perguruan Islam JUARA Kota Padang Panjang)
Surga adalah tempat yang indah. Semua manusia mendambakan dapat menjadi salah satu penghuninya. Maka dalam setiap gerak perbuatan dalam kehidupan manusia adalah upaya perjuangan untuk dapat menjadi salah seorang penghuni surga.
Dan dimomen hari guru tahun ini, penulis ingin menyampaikan kabar gembira kepada seluruh guru Indoensia. Sungguh kita para guru adalah orang orang yang sangat beruntung. Karena diberikan sebuah kesempatan untuk berada dijalan yang baik, dijalan yang akan mempermudah langkah kita untuk meraih syurga Allah.
Menjadi guru adalah cara Allah untuk mengantarkankan kita menjadi salah seorang penghuni surga-Nya.
Jadi guru, surga menunggu. Mari kita jadikan kelas kelas kita adalah anak tangga untuk menuju surga
Menjadikan kelas sebagai pintu surga bukanlah perkara mudah. Namun juga bukan pula sebuah hal yang sulit untuk kita lakukan.
Syaratnya adalah kemauan dan kesungguhan untuk menjadikan kelas sebagai sumber kebaikan, maka sama saja artinya kita telah merentang jalan menuju surga, bukankah jalan kebaikan adalah jalan menuju surga.
Agar upaya menjadikan kelas sebagai pintu surga dapat kita wujudkan. Maka setiap guru harus meyakini bahwa keberadaan kita dijalan ini bukanlah sesuatu yang kebetulan dan ada begitu saja.
Kita menjadi guru bukanlah pula karena kita kepintaran kita, karena kitapun pasti mengetahui banyak diantara teman-teman yang seangkatan dan seusia dengan kita yang kepintarannya di atas kita.
Jadi kenapa kita menjadi menjadi guru?. Kita menjadi guru adalah rencana Allah, kita menjadi guru adalah sebuah skenario dari Allah SWT, karena Allah Maha Tahu dengan kemampuan ibadah.
Shalat kita yang sulit khusuk, baca qur’an kita yang sekedarnya, dhuha dan tahajut yang berat untuk kita kerjakan atau sedekah kita yang masih sedikit. Allah Maha Tahu dengan semua itu, maka Allah berikan kita amanah menjadi seorang guru, dengan amanah guru ini kita dapat setiap hari meyampaikan kebaikan kepada anak-anak didik kita.
Dan ini adalah ibadah, setiap hari kecuali libur kita mendapatkqan kesempatan untuk menyampaikan kebaikan, ini adalah sebuah karunia. Hanya dengan sebuah pukulan lonceng atau bunyi nyaring bel sekolah, maka anak-anak kita akan bersegera dan penuh kesungguhan untuk memasuki ruang kelas kita, menunggu dengan penuh harap keluarnya kebaikan-kebaikan dari mulut kita.
Semua ini adalah ibadah yang disediakan begitu indah dan begitu mudah. Didepan kelas kita menjadi ustad/ustadzah yang tidak pernah kehilangan jamaah.
Bandingkanlahlah dengan para ustad yang berdakwah dimesjid atau mushala yang terkadang jamaahnya harus dipanggil-panggil untuk datang. Betapa beruntungnya kita para guru.
Maka jangan kita sia-siakan kesempatan untuk setiap hari, adalah kesempatan menyampaikan kebaikan kepada “jamaah –jamaah’ kita yang telah penuh semangat mendengarkan nasehat dan tausiah kita.
Nilai kebaikan yang kita sampaikan akan terus bertambah, apabila anak-anak kita mengamalkan kebaikan yang kita sampaikan. Kitapun akan mendapatkan limpahan kebaikan itu.
Apalagi jika anak-anak kita menyampaikan kebaikan ini kepada orang lain, keluarga, masyarakat dan teman-temannya, maka kebaikan demi kebaikan itu akan terus mengalir kepada kita sebagai penyampai pertama.
Jadilah perbuatan itu laksanaka multi levelnya ibadah. Rasulullah memberi kabar gembira “siapa saja yang menyampaikan kebaikan dan kebaikan itu diamalkan. Maka orang yang menyampaikan akan mendapatkan pahala tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya”. Sungguh luar biasa
Sungguh beruntung kita para guru. Di mata manusia kita dimuliakan, dihormati dan disegani. Oleh pemerintah kita dihargai dan diberi gaji serta sertifikasi dan yang utama dimata Allah perbuatan kita dinilai ibadah dan disediakan hadiah, yakni Jannah (surga). Maka jangan kita sia-siakan
Miris dan sedih kita mendengar jika masih ada guru yang tidak bersungguh sungguh dalam melaksanakan tugas, karena hal ini bukan hanya merugikan anak didik, sekolah dan pendidikan
Miris dan sedih kita mendengar jika masih ada guru yang tidak bersungguh sungguh dalam melaksanakan tugas. Karena hal ini bukan hanya merugikan anak didik, sekolah dan pendidikan bangsa.
Ketidak sungguhan guru dalam melaksanakan tugas sama saja artinya sebuah perbuatan yang menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih hadiah terbesar yang telah disiapkan.
Bukan gaji, bukan tunjangan, bukan penghargaan dan bukan pula sertifikasi. Tapi hadiah itu adalah surga Allah, tempat paling indah. Maka ayo para guru, mari kita berpacu memberi ilmu, berpacu menyebarkan kebaikan, berpacu menjadikan ruang ruang kelas kita adalah pintu meraih syurga.